SIPA Kecam Pengeboman Rumah Bustami Hamzah

Banda Aceh – Direktur Sentra Informasi Pemuda Aceh (SIPA), Khairul Amri mengecam pengeboman rumah Bustami Hamzah yang beralamat di Gampong Pineung, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Senin (2/9/2024) pagi kemarin.

Pengeboman yang dilakukan OTK itu menandakan bahwa Aceh kembali di usik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Ini pertanda ada tangan-tangan jahat yang sedang melakukan operasi untuk menyudutkan Mualem,” tegas Khairul Amri, Selasa (3/9/2024).

Pelemparan granat di kediaman Bustami Hamzah, Gampong Pineung, Syiah Kuala, Banda Aceh itu sebagai lonceng terhadap pertaruhan perdamaian di Aceh.

“Kondisi ini harus dilawan oleh semua pihak. Jangan diam, apalagi takut. Masyarakat Aceh harus lawan penindasan atas perdamaian yang selama ini kita rasakan,” ujarnya.

Oleh karena itu, Khairul Amri dengan tegas menyatakan bahwa insiden tersebut tidak lebih dari sekedar operasi politik untuk cek ombak.

“Saya sudah lama berinteraksi dengan para mantan kombatan GAM dan memiliki hubungan emosional yang kuat dengan mereka. Tindakan seperti ini tidak mencerminkan cara bertindak prajurit GAM yang sejati. Mereka bukanlah tipe yang bertindak gegabah,” katanya.

Ia menduga insiden ini sebagai upaya untuk menjatuhkan nama baik Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem, calon Gubernur dari Partai Aceh, juga sebagai Panglima KPA (GAM – red).

“Berdasarkan bukti dan pernyataan dari pihak Bustami, sangat jelas bahwa ini hanyalah upaya untuk mencoreng nama baik Mualem,” ujar Amri, seraya menambahkan bahwa insiden ini terlihat sebagai taktik untuk menarik simpati publik.

Di tengah suasana Pilkada yang diharapkan aman dan damai, Amri menilai tindakan tersebut sebagai kampanye hitam yang tidak etis dan kontraproduktif.

“Kita harus bisa bersaing secara adil dan sportif, tanpa melakukan kampanye hitam yang justru merusak tatanan demokrasi,” tegasnya.

Insiden pelemparan granat ini membangkitkan kekhawatiran publik terhadap keamanan Pilkada di Aceh.

Sebelumnya, asisten operasi Kapolri, Irjen Polisi Verdianto, mengingatkan bahwa Aceh termasuk dalam kategori daerah rawan konflik dalam Pilkada Serentak 2024. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang menyatakan bahwa potensi konflik di Aceh cukup tinggi, mengingat adanya partai-partai lokal yang menjadi representasi eks kombatan GAM.

Merespons situasi tersebut, SIPA menyampaikan lima sikap tegas sebagai upaya untuk menjaga stabilitas:

1. Mengutuk keras tindakan tersebut.

2. Meminta pihak Kepolisian untuk mengejar pelaku dan mengusut tuntas aktor intelektual dibalik operasi tersebut.

3. Tindak tegas dan mendesak pihak Kepolisian untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah penyebaran konflik ke wilayah lain di Aceh.

4. Hormati perdamaian.

5. Mengingatkan semua pihak untuk konsisten menghormati perdamaian dan kesepakatan yang telah terjalin antara Pemerintah Indonesia dan GAM.

6.Integritas Politik: Mengimbau para politisi dan elit politik untuk tidak mengorbankan perdamaian dan pembangunan Aceh demi ambisi politik pribadi.

“Meski ada perbedaan pilihan politik, kita harus bersatu menjaga perdamaian dan stabilitas di Aceh,” tutup Amri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *